Penyebab Heart Rate Tinggi

Gaji yang Tidak Sesuai dengan Workload

Terkadang demi kepentingan bisnis dan sirkulasi modal pada suatu perusahaan, menekan pengeluaran dengan memangkas jumlah karyawan menjadi satu-satunya pilihan. Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh beberapa orang dilimpahkan hanya pada satu orang. Dengan workload yang tinggi, karyawan cepat atau lambat akan merasa overwhelmed karena tidak adanya work-life balance dan berujung mengajukan resign.

Perusahaan harus memberikan gaji yang setara dengan pekerjaan yang diberikan. Apabila gaji tidak sesuai dengan workload, karyawan akan kabur demi kesehatan mental dan fisiknya. Bahkan, gaji yang tinggi dengan workload yang tinggi pun tidak menjamin karyawan akan bertahan karena kesehatan mental dan fisik jauh lebih penting. Maka, pengaturan workload yang dimiliki masing-masing karyawan dan pemberian fasilitas untuk kesehatan mental seperti counseling, cuti, ataupun retret perlu dilakukan oleh perusahaan.

Menawarkan Pelatihan dan Pengembangan Karier

Program leadership development dan pelatihan keterampilan dapat membuat karyawan merasa dihargai dan membantu mereka melihat jalur karier jangka panjang dalam perusahaan. Menyediakan peluang peningkatan kompetensi ini tidak hanya meningkatkan loyalitas, tetapi juga kemampuan mereka dalam menjalankan tugas dan peran masing-masing.

Apa Yang Dimaksud Turnover Rate?

Dilansir dari laman Criteria, turnover rate mengacu pada persentase karyawan yang keluar dari perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Tingkat turnover rate yang tinggi bisa merugikan perusahaan karena karyawan yang keluar sering kali perlu diganti. Bagi recruiter, mengisi posisi yang kosong bisa menjadi aktivitas yang memakan waktu, dan membiarkan posisi kosong terlalu lama bisa berdampak negatif pada perusahaan.

Singkatnya, turnover rate adalah suatu metrik yang digunakan untuk mengukur tingkat pergantian karyawan dalam suatu organisasi selama periode tertentu.

Biasanya, turnover rate dihitung sebagai persentase dari jumlah karyawan yang meninggalkan organisasi dibandingkan dengan total jumlah karyawan. Hal ini tentunya perlu diperhatikan oleh berbagai pihak, baik recruiter, perusahaan, hingga jobseeker.

Gangguan pada Budaya Perusahaan

Setiap kali ada pergantian karyawan, ada potensi untuk gangguan dalam budaya perusahaan. Integrasi karyawan baru ke dalam budaya perusahaan memerlukan waktu dan energi, dan terlalu banyak pergantian karyawan dapat mengganggu stabilitas budaya.

Memberikan kesempatan untuk pengembangan dan melanjutkan edukasi

Karyawan tentu peduli dengan pelatihan yang dapat memperkuat skill yang sudah mereka miliki atau membangun skill yang baru. Dengan memberikan program untuk mengasah dan mempertajam skill karyawan, mereka pun juga akan memberikan skill yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi tuntutan bisnis perusahaan bersamaan dengan meningkatnya engagement mereka pada pekerjaan mereka yang tentu mengarah ke retensi.

Penyebab Turnover Karyawan Tinggi

Tingginya tingkat turnover sering kali menunjukkan adanya masalah di dalam organisasi. Berikut adalah beberapa penyebab turnover karyawan tinggi:

Cara Menghitung Turnover Karyawan

Perhitungan turnover bisa dilakukan dalam periode jangka pendek dan panjang. Untuk mengetahui turnover rate dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah karyawan yang keluar terhadap jumlah karyawan rata-rata di periode yang sama.

Berikut rumus perhitungan turnover karyawan selama setahun

Jumlah karyawan yang keluar dalam setahun : (jumlah karyawan awal tahun + akhir tahun): 2 ) x 100

Contoh: jumlah karyawan di Januari ada 100 lalu menjadi 110 di Desember, dengan 15 karyawan yang keluar. Maka turnover di perusahaan adalah 15:155 x 100 = 9,6%

Kenali 3 Penyebab dan Cara Mengatasi Rasa Kurang Percaya Diri

Menganalisa turnover yang terjadi untuk menemukan akar masalah

Kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisa, dan memberi aksi terhadap data terkait turnover secara real-time dan membandingkannya dengan riwayat tren akan sangat esensial guna menemukan, mengembangkan, dan mempertahankan karyawan terbaik perusahaan Anda. Sangat penting bagi HR untuk mempunyai kemampuan analisa data sehingga mereka bisa mengevaluasi dan menginterpretasi semua informasi yang akan sangat membantu dan berguna bagi perusahaan.

Mengenal Pengertian Turnover dan Penyebabnya dalam Aktivitas Bisnis

Istilah turnover merupakan perputaran atau keluar masuknya karyawan yang lazim terjadi dalam organisasi atau perusahaan. Perputaran ini dapat dilihat tingkatannya apakah tepat atau cenderung menghambat kinerja perusahaan di masa kini atau mendatang. Tingkat efektivitas perputaran dapat dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang berhenti bekerja dalam periode waktu yang ditentukan.

Dilansir dari Matriano, turnover intention karyawan dalam suatu perusahaan terbagi dalam dua jenis, fungsional dan disfungsional. Jenis fungsional merupakan karyawan berkinerja rendah meninggalkan perusahaan secara sukarela, dan ini tergolong menguntungkan perusahaan. Kemudian jenis disfungsional adalah ketika karyawan berkinerja tinggi keluar dari perusahaan atas permintaannya sendiri, dalam hal ini terjadinya voluntary turnover merupakan kerugian bagi perusahaan.

Turnover disfungsional menjadi perhatian terbesar bagi manajemen karena dampak negatifnya terhadap kinerja umum perusahaan. Ada dua jenis turnover disfungsional, yaitu yang dapat dihindari serta yang tidak dapat dihindari. Perputaran/turnover yang dapat dihindari disebabkan oleh kompensasi yang rendah, ketidakcocokan pekerjaan, lingkungan kerja yang buruk, dan demotivasi.

Di sisi lain, turnover yang tidak dapat dihindari disebabkan oleh migrasi keluarga, penyakit serius, kematian, dan masalah pribadi lainnya. Perputaran yang dapat dihindari dapat dikendalikan dan organisasi perlu menerapkan strategi retensi untuk mengurangi perputaran karyawan dalam organisasi.

Menstandarisasi review performa

Review performa yang jarang dan tidak produktif bisa mengarah ke turnover. Review performa tradisional seperti review tahunan atau per semester dengan menggunakan spreadsheet pada Excel dengan tujuan statik tidak benar-benar berfungsi bahkan justru bisa membahayakan. Sebagian besar karyawan yang merasa dikritisi atau tidak dimotivasi setelah review performa akan mulai mencari pekerjaan baru. Lebih baik membuat review performa dengan cara kolaboratif, dinamis, dan punya proses yang berkelanjutan sehingga bisa juga meningkatkan hubungan antara karyawan dengan manajer.